Kasek SDN 11 Kota Bima, Diduga Jual Rapor ke Siswa
Bima, KB.- Meski Presiden Republik Indonesia Joko Widodo terus mengkampanyekan Stop Pungli (Pungutan Liar), namun wabah Pungli tidak bisa dihapus di negeri ini, malah tumbuh subur, terutama di dunia pendidikan.

Dirinya kaget ketika anaknya meminta uang Rp.50.000 untuk bayar rapo di sekolah. Karena sepengetahuannya rapor diberikan gratis oleh sekolah dan itu menjadi kewajiban sekolah bukan siswa, maka dirinya mengadukan hal tersebut ke wartawan.
"Masa sekolah suruh bayar siswa rapor. Itukan kewajiban sekolah, apalagi sekarang sudah ada dana BOS," ujar bapak dua anak yang tidak ingin disebutkan namanya ini.
Kepala SDN 11 Kota Bima, Sri Harningsih yang dikonfirmasi kabarbima.com tidak menampik adanya permintaan uang Rp.50.000 ke masing-masing siswa tersebut. Hanya saja dirinya membantah, jika uang tersebut bukan untuk membayar rapor, tetapi untuk membayar rapor yang dipesan olehnya pada seorang wartawan di Kota Bima.
"Itu bukan uang untuk bayar rapor, karena rapor diberikan gratis oleh sekolah. Uang tersebut untuk membeli sampul rapor. Sampul rapor itu kita pesan di wartawan juga kok," akunya.
Ketika ditanyakan, kenapa harga sampul rapor lebih mahal dari harga buku, dirinya mengaku bahwa sampul rapor tersebut dipesan dari pimpinan media mingguan di Kota Bima inisial SKR, dan sudah disepakati harga Rp.50.000.
"Datang aja ke sekolah besok, kita bicarakan di sekolah, karena saya baru sampai rumah. Sampul itu kan kita pesan di wartawan juga," ujarnya mencoba membujuk.
Oknum wartawan yang diduga menjual sampul rapor ke sekolah tersebut, sedang dilakukan upaya konfirmasi. Hingga berita ini dinaikan SKR belum berhasil dikonfirmasi. (KB-01)
Tidak ada komentar