CALEG DAN TAMPILAN SERBA MENDADAK - Kabar Bima - Portal Berita Bima Terbaru

Header Ads

CALEG DAN TAMPILAN SERBA MENDADAK


Oleh : M. Islamuddin (Wartawan di NTB)

Belajarlah dari yang sukses, jangan lupa pula berguru pada yang pernah gagal. Gagal dan sukses, dua sisi yang saling menguatkan.

Kira-kira begini maksudnya. Kegagalan itu jalan menuju kesuksesan. Orang bisa hebat, karena mampu memadukan pengalaman gagal dan sukses. 

Benar kata orang bijak, kegagalan adalah sukses yang tertunda. Dan itu terbukti. Misalkan usaha McFadyen Alan. Fotografer satwa liar membutuhkan waktu 6 tahun dan 720.000 jepretan. Itu untuk mendapatkan foto burung Kingfisher di atas air.

Dia harus mencoba ratusan ribu kali. Sebelum dia bisa mendapatkan 'pose sempurna' burung Kingfisher yang sedang terjun ke air tanpa percikan sedikit pun.

Politik pun berlaku demikian. Misalkan ikut Calon Legislatif (Caleg). Kita harus belajar dari kisah-kisah kegagalan, yang pada akhirnya sukses juga. Jangan malu-malu. Inspirasi itu lahir pula dari ucapan orang pernah gagal. 

Bagi kita yang berpolitik dengan cara instan, perlu memainkan nada-nada gagal dan sukses. Nada yang belum pernah kita nikmati. Lewat pengalaman mereka, kita belajar memoles diri agar tidak jatuh di lubang kegagalan yang sama. 

Di sisi lain, ikut Caleg itu terlihat sederhana, tetapi tak sesederhana keinginan kita. Itu berat. Si Dilan pun pikir-pikir.

Caleg itu butuh modal. Ada yang namanya popularitas, elektabilitas, juga isi tas. Plus garis tangan. Begitu kata pak dosen Alfi Syahrin. 

Kita yang biasa-biasa saja, tokoh juga bukan, berkharisma juga tidak, tapi hanya modal ambisi. Ambisi layaknya orang sudah punya investasi sosial yang megah. Tapi ikut saja. Cari pengalaman, atau belajar dari kegagalan sendiri. Kalah itu biasa. Menang itu disyukuri. 

Sebelum terjun ke arena, jangan lupa berkaca. Jangan dicermin retak. Sudah pantaskah? Entahlah dan silakan jawab sendiri.

Jangan lupa pula berdandan. Dandani penampilan agar terlihat berkharisma, alim, rendah hati, pokoknya yang menyejukan. Atau dandani sesuka hatimu supaya bisa menarik simpati. Sebab, ikut Caleg harus pandai juga "menipu" karakter asli. Hehehe

Lalu, ikut Caleg itu ada angka-angka yang muncul hilang. Samar-samar. Yang tak bisa kita jumlahkan atau kalikan. Hasilnya suka berubah-ubah. Mengutip Albert Einstein "Tidak semua yang dapat dihitung diperhitungkan, dan tidak semua yang diperhitungkan dapat dihitung.”  

Hari ini si Fulan bilang dukung Anda, esoknya dukung yang lain. Ibarat sepak bola, menyerang dan bertahan harus seimbang. Itu agar si Fulan-Fulan tidak kemana-mana. Tetap dalam barisan Anda. Sejajar dan berjejer. 

Dalam tulisan ini, saya numpang bercerita (hanya sampel) . Kisah pemilik suara 6.193. Periode 1999-2004. Dulu Dapil I Bima. Namanya: M Natsir Sidik. Partai Golkar. 

Kala itu, calon (di Donggo) belum seramai ini. Tetapi dia tidak sendirian. Ada pesaingnya juga. Dari tetangga sebelah. 

Dia tidak banyak modal. Uang pas-pasan. Motor saja tak punya.  Kemana-mana jalan kaki. Dari sana ke sini, hanya jalan kaki. Lelah sudah pasti. Tapi itulah perjuangan. Harus dilalui dengan berkeringat. 

Walau tak mampu bikin baliho, dia tetap semangat. Dia sangat yakin. Tak ada hasil yang hianati usaha. Begitu prinsipnya. 

Dan meski pendatang baru, namun dia mampu jadi juaranya. Lulus dengan predikat istimewa. Rekor untuk putra lokal Donggo (sekarang Soromandi). Rekor suara terbanyak. 

Kata dia, kuncinya itu sederhana. Sesederhana caramu bersederhana. Bukan dibikin-bikin. Bukan serba mendadak. Mendadak religius. Mendadak murah hati. Mendadak dermawan. Dan mendadak berkeluarga. Tetapi jadilah diri sendiri, dengan baju kepribadian yang tidak dibuat-buat.  Bernilai bagi yang mengharapkan, bermanfaat bagi yang membutuhkan. (*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.