MENANAMKAN KEMANDIRIAN PADA ANAK
OLEH:
MUHAMAMD
HUMAIDIN
Dewasa ini banyak anak yang sudah tamat
sekolah tinggi (kuliah) masih belum bisa mendapatkan pekerjaan yang layak,
karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Hal ini dapat mempengaruhi tingginya tingkat
penggangguran di Negara kita. Selain itu pada usia sudah dewasa, anak masih
bergantung pada orang tua dalam hal ekonomi atau bahkan anak tidak mampu
mengambil keputusan ataupun menentukan pilihan. Sebenarnya jika anak-anak
memiliki keterampilan untuk mandiri, tentu ini bukan menjadi suatu masalah,
tetapi menjadi mandiri bukanlah suatu hal yang bisa diperoleh dengan tiba-tiba.
Hal ini memerlukan proses panjang yang harus dimulai sejak usia dini.
Seringkali orang tua atau pengasuh tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika
anak mulai enggan berangkat ke kelompok bermain, bahkan kadang menjadi mogok,
hal itu seringkali disebabkan si anak tidak mampu mengungkapkan perasaanya
secara terus terang mengenai masalah yang dihadapi. Lalu apa yang harus
dilakukan oleh orang tua untuk menghadapi kondisi anak bila mogok tanpa alasan?
Ada banyak hal yang harus diperhatikan oleh orang tua terutama untuk anak dalam
mencari penyebab hal itu bisa terjadi, misalnya dengan bekerja sama dengan
pendidik untuk membujuk anak agar mau berangkat ke kelompok bermain.
Kemandirian anak-anak berbeda dengan
kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Jika definisi mandiri untuk remaja dan
orang dewasa adalah kemampuan seseorng untuk bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan tanpa membebani orang lain, sedangkan untuk anak-anak adalah
kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangan. Dalam menanamkan
kemandirian pada anak, hindari perintah atau ultimatum karena dapat membuat
anak selalu merasa berada di bawah orang tua dan tidak mempunyai otoritas
pribadi.
Disiplin dan rasa hormat tetap bisa
dilatih tanpa anda menjadi galak pada anak. Mengarahkan, mengajar serta
berdiskusi dengan anak akan lebih efektif daripada memerintah, apalagi bila
perintah tidak disadari dengan alasan yang jelas. Lama kelamaan anak akan
bergantung pada perintah atau larangan anda dalam melakukan segala sesuatu.
Senantiasa katakana dan tunjukan cinta, kasih saying serta dukungan pada balita
secara konsisten, hal ini akan meningkatkan rasa percaya dirinya. Dengan demikian
dia akan lebih yakin pada dirinya, serta
tidak ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
Orang tua harus bersikap positif pada
anak, seperti memuji, memberi semangat atau memberi pelukan hangat sebagai
bentuk dukungan terhadap usaha mandiri yang dilakukan anak. adanya penghargaan
atau usaha anak untuk menjadi pribadi mandiri, terlepas dari apakah pada saat
itu ia berhasil atau tidak. Dengan tumbuhnya perasaan berharga, anak akan
memiliki kepercayaan diri yang sangat dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang
selanjutnya. Betatapun kotornya anak pada saat ia mencoba makan sendiri,
betapapun tidak rapinya anak pada saat ia mencoba mandiri sendiri, betapapun
lamanya waktu yang dibutuhkan anak untuk memakai kaos kaki dan memilih sepatu
atau baju yang tepat, hendaaknya orang tua tetap sabar untuk tidak bereaksi
negative terhadap anak, seperti mencela atau meremehkan anak. Apabila orang
tua/lingkungan bereaksi negative atau tidak menghargai usaha anak untutk
mandiri. Maka hal ini akan berdampak negative pada diri anak, seperti anak bisa
tumbuh menjadi sesorang yang penakut, tidak berani memikul tanggung jawab,
tidak termotivasi untuk mandiri dan cenderung memiliki kepercayaan diri yang
rendah.
Selain itu, untuk menjadi pribadi mandiri,
seorang anak juga mendapat kesempatan berlatih secara konsisten mengerjakan
sesuatu sendiri atau membiasakan melakukan sendiri tugas-tugas yang sesuai
dengan tahapan usianya. Orang tua atau lingkungan tidak perlu bersikap terlalu
cemas, terlalu melindungi, terlalu membantu atau bahkan selalu mengambil alih
tugas-tugas yang seharrusnya dilakukan anak, karena ini dapat menghambat proses
pencapaian kemandirian anak. Kesempatan untuk belajar mandiri dapat diberikan
orang tua atau lingkungan dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan pada anak
untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya. Namun demikian peran orang tua
atau lingkungan dalam mengawasi, membimbing, mengarahkan dan memberi contoh
teladan tetap sangat diperlukan, agar anak tetap berada dalam kondisi atau
situasi yang tidak membahayakan keselamatanya. Bagi anak-anak latihan
kemandirian ini bisa dilakukan dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan
praktis sehari-hari di rumah, seperti melatih anak mengambil airnya sendiri,
melaatih anak untuk membersihkan tempata tidurnya sendiri, melatih anak buang
air kecil sendiri, melatih anak menyuap makanan sendiri, melatih anak untuk
naaik dan turun tangga sendiri dan sebagaianya.
Selain bersikap positif dan selalu
mendukung anak, praktek kemandirian juga perlu diajarkan kepada anak melalui
keterampilan hidup dengan konsep-konsep sederhana. Seperti contoh: si anak
diajarkan untuk mengerti bahwa semua barang miliknya diperoleh karena orang tua
bekerja untuk mendapatkan penghasilan supaya mampu membeli semua kebutuhan yang
dia butuhkan. Karena itu, perlu adanya sikap tegas terhadap anak bahwa tidak
semua yang dia inginkan harus dipenuhi pada saat itu juga. Perlu ada waktu
menunggu atau mengajarkan anak untuk menabung terlebih dahulu sebelum membeli
sesuatu. Dengan konsep seperti itu, dalam diri anak akan tertanam nilai untuk
menghargai jerih payah orang tua sekaligus belajar menjadi pribadi mandiri.
Materi yang bersifat akademis bisa dikatakan sebagai salah satu dari sekian
banyak mata pelajaran yang harus dipelajari anak. Yang utama adalah keterampilan
anak untuk menjadi seorang yang mandiri. Banyak manfaatnya jika pelajaran
mengenai kemandirian diberikan pada anak tidak hanya teori, melaikan mengajak
anak untuk mempraktekkanya dengan konsep-konsep sederhana tanpa harus menunggu
lulus SMA atau lulus perguruan tinggi. Tentu hasilnya akan lebih efektif dan
maksimal hal itu di ajarkan pada anak usia dini.
Semakin dini usia anak untuk berlatih
mandiri dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, diharapkan nilai-nilai
serta keterampilan mandiri akan lebih mudah dikuasai dan dapat tertanam kuaat
dalam diri anak. Untuk menjadi pribadi mandiri, memang diperlukan suatu proses atau
usaha yang dimulai dari melakukan tugas-tugas yang sederhana sampai akhirnya
dapat menguasai keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks atau lebih
menantang, yang membutuhkan tingkat penguasaan motoric dan mental yang lebih
tinggi. Dalam proses untuk memmbantu anak menjadi pribadi mandiri itulah
diperlukan sikap bijaksana orang tua atau lingkungan agar anak dapat terus
termotivasi dalam meningkatkan kemandirianya. (*)
Tidak ada komentar