Nurmi, Isteri Terduga Teroris Sempat Menghilang 10 Tahun - Kabar Bima - Portal Berita Bima Terbaru

Header Ads

Nurmi, Isteri Terduga Teroris Sempat Menghilang 10 Tahun

Bima, kabarbima.com.– Teka-teki istri terduga teroris Poso bernama Basri, akhirnya terungkap. Belum lama ini aparat menangkap wanita berusia 40 tahun, yang diketahui bernama Nurmi Usman alias Oma. Warga Desa Dena Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima tersebut merupakan isteri dari Basri terduga teroris jaringan Poso, yang diduga selama 10 tahun menghilang dari desanya.
Kepala Desa (Kades) Dena Kecamatan Madapangga, Syamsuddin Har kepada kabarbima.com, Sabtu (20/9) mengaku, bahwa Nurmi merupakan salah seorang warganya yang berdomisili RT12 RW 01. Hanya saja Ia telah lama menghilang dan tidak menetap di desa setempat.

Syamsuddin HAR (Kades Dena)
“Memang Nurmi warga kami. Tapi sekitar 10 tahun tidak tinggal di Dena,” katanya.
Menurut Kades, Nurmi merupakan anak bungsu lima bersaudara dari pasangan Usman H. Muhammad dan alharmumah Siti Hawa. Hanya saja bapaknya diketahui telah lama berada di Sulawesi Tenggara bersama istri keduanya yang juga merupakan warga desa setempat. Mereka dikabarkan Ikut program transmigrasi salah satu Kabupaten di pulau Lombok.
“Empat kakaknya masih menetap di desa Dena sampai sekarang. Namun salah seorang kakak perempuannya telah lama meninggal,” ucapnya.
Kades menjelaskan, Nurmi menghabiskan masa kecil hingga tamat SMA di desa setempat. Dalam kesehariannya ia merupakan sosok anak yang sopan, ramah, penurut dan tidak banyak bicara.
Usai menamatkan pendidikan SMA, lanjut Kades, Nurmi kemudian merantau ke Jakarta dan diketahui menikah dengan seorang laki-laki keturunan Jawa. Bahkan mereka pernah merintis kios kecil disamping rumahnya. Akan tetapi biduk rumah tangganya tidak berlangsung lama. Keduanya memilih untuk bercerai.
“Penyebab perceraianya kami tidak tahu termasuk mengenai sosok suaminya. Namun yang jelas pernah menikah dengan orang jawa. Setelah bercerai, Nurmi tidak lagi berada dikampung,” ujarnya.
Kades menambahkan, selama Nurmi menghilang. Pihak Desa bersama keluarga terus berupaya mencari kabar dan keberadaannya. Hanya saja, beberapa hari terakhir, muncul di pemberitaan Ia ditangkap oleh aparat karena diduga masuk kelompok teroris.
“Kami sangat terkejut dan tidak menyangka ternyata pemberitaan televisi itu adalah Nurmi,” tuturnya.
Sementara itu, kakak kandung Nurmi, Mahfud (46) mengaku, adiknya itu pernah merantau ke Jakarta dan sempat menjadi buruh pabrik sambil kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah setempat selama beberapa tahun.
“Saat meninggalkan rumah untuk pergi merantau ke Jakarta statusnya belum menikah,” kata Mahfud.
Akan tetapi, lanjut Mahfud, beberapa tahun diperantauan, Ia memberitahukan kepada keluarga bahwa Ia akan menikah. Akan tetapi dua tahun berlalu, kembali mengabarkan bercerai dan memilih untuk pulang kampung dan membuka usaha.
“Selama dikampung adik saya memang sering ikut pengajian dan mulai berhijab,” ujarnya.
Saat aktif ikut pengajian, Ia kemudian diperkenalkan dengan laki-laki oleh salah seorang teman pengajiannya. Seiring berjalannya waktu, Nurmi kemudian memperkenalkan sosok suaminya itu kepada keluarga kemudian memintah untuk dinikahkan.
“Kami saat itu diminta untuk menikahkannya, namun seluruh keluarga tidak ada yang sepakat dan mendukung. Sebab mempelai laki-lakinya tidak diketahui asalnya dari mana,” ujarnya.
Akan tetapi, beberapa hari kemudian pihak keluarga terkejut karena Ia membawa laki-laki itu ke rumah dan mengaku telah menikah disalah satu tempat di Bima. Bahkan keduanya sempat tinggal di desa setempat selama dua bulan pada tahun 2015 silam.
“Usai itu mereka tiba-tiba menghilang entah kemana. Kami mencoba menghubungi namun diluar jangkauan hingga ada pemberitaan Ia ditangkap di Poso oleh aparat,” ujarnya.
Sejak munculnya pemberitaan tentang penangkapan adiknya itu. Hingga saat ini, aparat atau pihak terkait belum melaporkan secara resmi ke pihak keluarga. Namun pihak desa setempat menyampaikan rasa empati atas kabar itu setelah melihat pemberitaan di televisi.
“Kami berharap agar adik kami diproses sesuai hukum yang berlaku. Terkait hal ini adik kami adalah korban. Dia tidak tahu apa-apa,” ujarnya.
*Azam

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.