Tawuran : Bukti Generasi Sedang Tidak Baik-baik Saja - Kabar Bima - Portal Berita Bima Terbaru

Header Ads

Tawuran : Bukti Generasi Sedang Tidak Baik-baik Saja

 


Oleh: Farah Chayra Shohwatul Islami


Baru-baru ini Kota Bima, NTB (12/3) tepatnya tengah malam dihebohkan dengan dua kelompok remaja yang saling serang alias tawuran di seputaran Lingkungan Suntu Kelurahan Paruga Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima. Aksi tawuran bersenjatakan panah antara dua kelompok remaja itu langsung dibubarkan Unit Turjawali Sat Samapta Polres Bima Kota di bawah pimpinan Katim Aipda Awaluddin Syah Putra. Begitu kabar yang disampaikan Kapolres Bima Kota AKBP Henry Novika Chandra melalui Kasat Samapta AKP Sirajuddin, Minggu (13/3) malam ini.




Saat pembubaran aksi tawuran dua kelompok pemuda itu, jelas AKP Sirajuddin, Tim Turjawali mengamankan dua remaja, yakni MAP (17) dan AA (19). Keduanya warga Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima. “Dua orang berhasil diamankan. Sementara sejumlah remaja lainnya berhasil kabur,” jelas AKP Sirajuddin.

Tidak saja mengamankan remaja terduga pelaku tawuran, sambung Kasat Samapta menjelaskan, Unit Turjawali juga menyita busur panah terbuat dari besi dan karet ventil dan sejumlah anak panah terbuat dari besi pula. “Remaja terduga pelaku tawuran serta barang bukti busur dan panah, diamankan di Mako Polres Bima Kota untuk ditindaklanjuti sebagaimana hukum yang berlaku,” tutupnya. Sampai saat ini motif terjadinya tawuran tersebut belum diketahui.

Tidak hanya di Kota Bima, baru-baru ini juga viral kasus pelajar yang tawuran yang aksinya itu diabadikan melalui live instagram. Seperti yang disampaikan oleh tim patroli perintis polres metro Depok yang menangkap tujuh anak muda yang hendak tawuran. Katim perintis persisi polres metro Depok Iptu Winam Agus mengatakan kelompok remaja ini diamankan saat sedang mencari lawan tawuran di jalan Cagar Alam Depok. Mereka berkeliling untuk mencari lawan sambil menyiarkan secara live pada akun instagramnya. "Tim perintis pun ikut  memantau akun live geng lapendos junior dikarenakan merasa curiga karena terlihat senjata tajam saat kelompok tersebut sedang live sambil berkeliling menggunakan roda dua." kata Iptu Winam saat dihubungi pada Minggu (27/2/2022).

Saat itu pun polisi langsung menuju lokasi keberadaan geng tersebut pada sekitar pukul 03:15 WIB. Menurut Winam, tujuh remaja itu rata-rata berbonceng tiga, lalu dihadang untuk diamankan ke kantor polisi. Benar saja saat sampai pada lokasi cagar alam, di depan tim terlihat sekelompok pelajar yang ciri-cirinya sama dengan yang ada di live tersebut. Para remaja itu pun langsung diberhentikan dan dilakukan pemeriksaan.

Akhirnya ketujuh remaja tersebut berhasil diamankan. Polisi juga menyita 4 senjata tajam jenis celurit dan 2 parang. Diketahui bahwa motif para pelajar ini nekat melakukan tawuran dikarenakan tertantang oleh salah satu komentar di instagram. Sehingga mereka memutuskan untuk mencari dan melakukan tawuran. Namun aksi itu berhasil digagalkan oleh polisi. Saat ini ketujuh pelajar tersebut sudah diamankan ke Polres Metro Depok untuk dilakukan penindakan lebih lanjut.  

Ini hanya dua contoh kasus tawuran remaja yang berhasil dicegah, bagaimana dengan tawuran lainnya yang tidak terdata beritanya dan tidak bisa dicegah? Kasus-kasus yang akhirnya menimbulkan korban jiwa. Miris rasanya ketika kita melihat para remaja hari ini yang masih melakukan hal-hal semacam ini. Bahkan ketika tawuran mereka tidak lagi menggunakan tangan kosong, akan tetapi sudah memakai benda-benda tajam. Dan tawurannya pun bukan lagi di tempat-tempat yang tersembunyi, melainkan dilakukan di ruang-ruang publik. Bahkan tak jarang mereka pun merusak fasilitas umum. 

Dari sini kita bisa melihat bagaimana model generasi pada saat ini, generasi yang akan menjadi penerus masa depan. Oleh karenanya menjadi suatu hal yang genting bagi kita semua, bagi negeri ini, harus ada perubahan pada aspek pendidikan. Pendidikan juga bukan melulu diserahkan kepada pihak sekolah saja, akan tetapi pendidikan di keluarga juga di lingkungan masyarakat itu punya andil yang besar dalam membentuk generasi. Karena generasi merupakan sosok yang akan mengubah peradaban. 

Namun kenyataannya hari ini para pelajar malah menghabiskan waktu dengan tawuran. Apalagi kasus tawuran seperti yang dijelaskan di atas hanya karena komentar di sosial media yang membuat mereka tersinggung. Dari sini pun kita bisa melihat bagaimana karakter para penerus bangsa saat ini yang sedang tidak baik-baik saja. Para pelajar yang seharusnya disibukkan dengan belajar dan menuntut ilmu agar menjadi orang yang berguna ke depannya, malah dihabiskan waktunya dengan tawuran, berkelahi, saling menyakiti satu dengan yang lain. Padahal mereka masih sama-sama dari negara yang sama atau bahkan daerah yang sama, tapi ikatan-ikatan itu pun tidak mampu untuk menyatukan mereka.

Inilah yang terjadi jika kita diatur oleh sistem sekuler kapitalisme, sistem yang berasal dari barat ini senantiasa mengantarkan manusia pada aturan yang memisahkan kehidupan manusia dengan urusan agama. Sehingga menghasilkan manusia-manusia yang bebas melakukan apapun, tanpa memikirkan apakah perbuatan mereka merugikan orang lain atau bahkan akan mendapatkan dosa dari apa yang mereka perbuat. Akhirnya pemahaman seperti inilah yang melahirkan generasi yang gemar melakukan tawuran. Generasi yang kematangan fisiknya tidak sejalan dengan kematangan akhlaknya. Sehingga jelas lah pada sistem seperti ini akan menghasilkan generasi yang merasa bebas untuk mendapatkan pengakuan bahwa mereka adalah mahluk dewasa ketika melakukan tawuran. 

Cara pandang ini mempengaruhi pendidikan pada tingkat keluarga, masyarakat dan negara. Gambaran pendidikan yang seperti ini pun tidak jarang mencukupkan para generasinya hanya untuk menguasi intelektualitas saja. Sehingga meminggirkan peran keagamaan, bahkan peran keagamaan hanya dijadikan sebagai pelajaran tambahan. Pada akhirnya membuat para remaja tidak memahami jati diri mereka, sehingga ketika ingin memperlihatkan eksistensi mereka, tawuran antar pelajar pun menjadi solusi alternatif bagi mereka. 

Sangat jauh berbeda dengan gambaran pendidikan Islam. Karena Islam menganggap bahwa para pelajar adalah generasi yang akan menjadi aset masa depan yang harus dididik sebaik mungkin. Oleh karenanya dalam Islam ada 3 pilar yang akan mendidik generasi ini. Pertama adalah keluarga. Dalam keluarga, Islam memerintahkan para orang tua untuk mengajarkan anak-anaknya dengan ketakwaan dan ketaatan. Anak-anak diajarkan sejak dini untuk mengenali bahwa mereka adalah hamba Allah. Sehingga mereka akan sadar bahwa mereka adalah seorang mukallaf yang senantiasa harus terus terikat dengan syariat. Seperti dalam QS. at-Tahrim ayat 6 yang artinya, "peliharalah diri kalian dan juga keluarga kalian dari api neraka." Tak hanya mendidik anak-anaknya jadi anak yang taat pada syariat, akan tetapi juga mendidik anak-anaknya dalam life skill, kemandirian dan berdakwah. Semua kemampuan seperti ini bisa membantu anak-anak bertahan hidup dalam kondisi apapun, menyelesaikan masalah apapun, baik masalah pribadi maupun masyarakat. 

Kedua, pilar masyarakat yang akan menjaga suasana kehidupan Islam bagi para pelajar. Karena Islam pun memerintahkan agar masyarakat hidup dalam kondisi saling ta'awun, beramar makruf nahi mungkar. Sehingga suasana yang terbentuk tidak lain adalah suasana Islam, yakni suasana keimanan, bukan suasan yang menunjukkan eksistensi  dengan jalan yang salah seperti tawuran. 

Ketiga, pilar negara yang akan menerapkan pendidikan yang berbasis akidah Islam. Sehingga dari lembaga pendidikan akan melahirkan para pelajar yang memiliki syakhsiyah dan juga nafsiyah Islam, yakni pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Dari model pendidikan seperti ini, yakni dalam sistem Islam lah yang telah terbukti bahwa peradaban Islam mampu melahirkan generasi yang hebat dan luar biasa, faqih dalam ilmu agama maupun ilmu dunia. (***)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.